Alkisah. Di Gunung Puteri, Bogor. Minggu ketiga
Februari 2002 silam, ada suatu acara pengajian umum ibu-ibu. Penyelenggaranya
adalah seorang gadis. Dialah satu-satunya aktivis andalan disana. Belum ada
pembicara yang pas untuk ibu-ibu, termasuk dirinya. Tak kehilangan akal, sang
ukhti mengundang pembicara dari bogor. Awalnya pembicara keberatan. “saya harus membawa anak tiga, masih
kecil-kecil”, alasannya. Namun, dengan sabar ukhti itu menyanggupi
menjemputnya. Bukan naik mobil pribadi, melainkan naik bus. Jadi, betul-betul
menjemput dalam arti sebenarnya. Tidak menjadi persoalan, yang penting
aktivitas dakwah berjalan. Sesampainya di tempat, sang ukhti dengan sabar
membereskan tempat acara. Kelelahan Nampak di wajahnya. Seusainya pengajian, ia
harus mengantar ibu pembicara dengan ketiga anaknya. Sore itu, tepat pukul
17.00 WIB, sampailah di Cibinong. “Dik,
sudah saja mengantarnya sampai di sini,” tutur ibu pembicara. “Besok, pukul delapan pagi adik kan akan
menikah. Saya doakan semoga menjadi keluarga yang sakinah,” tambahnya.
Subhanallah.. akad nikah yang akan dilangsungkan
besok tidak menghalanginya untuk mengembangkan dakwah Islam. Padahal, di daerah
sunda masih dipahami oleh banyak orang bahwa seorang perempuan yang akan menikah
tidak boleh bepergian kemana-mana. Apalagi sehari menjelang hari H. namun,
penuh rasa sabar gadis shalihah itu meretas jalan setapak demi setapak
semata-mata untuk menumbuhkan bibit dakwah di daerahnya. Andai saja berbagai
bisikan dalam hati di turuti (‘sudah, acaranya di batalkan saja kan akan
menikah, seperti tidak ada waktu lain saja’, ‘ini kan hari istimewa, lupakan
saja dulu masalah dakwah’, dan godaan-godaan lainnya), lalu kesabaran
menjalaninya sirna, tak mungkin acara yang sudah di agendakan dapat terlaksana.
Acara bubar, agenda berantakan. Semangat ibu-ibu terganjal. Padahal sangat
mungkin saat itu merupakan momen paling tepat untuk menanam bibit dakwah Islam
di sana.
Penggalan realitas tadi hanyalah sebagai bahan
renungan bagi kita, betapa kesabaran akan menghasilkan suatu kesuksesan. Tanpa
kesabaran, apa yang kita kehendaki hanya akan menjadi harapan tanpa kenyataan.
Itu sekedar acara pengajian. Apalagi dalam perjuangan menegakkan hukum Allah,
kesabaran mutlak di perlukan.