Selasa, 25 September 2012

Fragmen Kesabaran seorang muslimah


Alkisah. Di Gunung Puteri, Bogor. Minggu ketiga Februari 2002 silam, ada suatu acara pengajian umum ibu-ibu. Penyelenggaranya adalah seorang gadis. Dialah satu-satunya aktivis andalan disana. Belum ada pembicara yang pas untuk ibu-ibu, termasuk dirinya. Tak kehilangan akal, sang ukhti mengundang pembicara dari bogor. Awalnya pembicara keberatan. “saya harus membawa anak tiga, masih kecil-kecil”, alasannya. Namun, dengan sabar ukhti itu menyanggupi menjemputnya. Bukan naik mobil pribadi, melainkan naik bus. Jadi, betul-betul menjemput dalam arti sebenarnya. Tidak menjadi persoalan, yang penting aktivitas dakwah berjalan. Sesampainya di tempat, sang ukhti dengan sabar membereskan tempat acara. Kelelahan Nampak di wajahnya. Seusainya pengajian, ia harus mengantar ibu pembicara dengan ketiga anaknya. Sore itu, tepat pukul 17.00 WIB, sampailah di Cibinong. “Dik, sudah saja mengantarnya sampai di sini,” tutur ibu pembicara. “Besok, pukul delapan pagi adik kan akan menikah. Saya doakan semoga menjadi keluarga yang sakinah,” tambahnya.
Subhanallah.. akad nikah yang akan dilangsungkan besok tidak menghalanginya untuk mengembangkan dakwah Islam. Padahal, di daerah sunda masih dipahami oleh banyak orang bahwa seorang perempuan yang akan menikah tidak boleh bepergian kemana-mana. Apalagi sehari menjelang hari H. namun, penuh rasa sabar gadis shalihah itu meretas jalan setapak demi setapak semata-mata untuk menumbuhkan bibit dakwah di daerahnya. Andai saja berbagai bisikan dalam hati di turuti (‘sudah, acaranya di batalkan saja kan akan menikah, seperti tidak ada waktu lain saja’, ‘ini kan hari istimewa, lupakan saja dulu masalah dakwah’, dan godaan-godaan lainnya), lalu kesabaran menjalaninya sirna, tak mungkin acara yang sudah di agendakan dapat terlaksana. Acara bubar, agenda berantakan. Semangat ibu-ibu terganjal. Padahal sangat mungkin saat itu merupakan momen paling tepat untuk menanam bibit dakwah Islam di sana.
Penggalan realitas tadi hanyalah sebagai bahan renungan bagi kita, betapa kesabaran akan menghasilkan suatu kesuksesan. Tanpa kesabaran, apa yang kita kehendaki hanya akan menjadi harapan tanpa kenyataan. Itu sekedar acara pengajian. Apalagi dalam perjuangan menegakkan hukum Allah, kesabaran mutlak di perlukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar